Character Building bagian 1
Mungkin ada yang tau, ada juga yang gak tau apa itu Proaktif. Nah, yang saya pahami dari buku yang udah saya baca yaitu buku The 7 Habits jadi proaktif itu adalah bagaimana kita menentukan sikap kita terhadap segala sesuatu hal yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar kita dengan mengendalikan diri kita, bukan malah diri kita yang dikendalikan oleh keadaan dan pikiran kita. Sebelum tau dan membaca buku ini, Deta gak sadar kalau ternyata banyak sekali kebiasaan sehari-hari selama ini yang menunjukkan kebiasaan Reaktif yang merupakan kebalikan dari sikap Proaktif. Tapi ada juga sih kebiasaan-kebiasaan saya yang ternyata itu adalah contoh bersikap Proaktif hehe. saya kasih contohnya ya..
Saya pernah
kecewa karena teman yang sudah kenal sangat dekat dari sejak sekolah dasar
sampai sekolah di SMA tiba-tiba menjauh cuma karena dia tidak suka saya
berteman dan sering pergi main bersama orang yang disukainya. Dia sempat bilang
kalau saya ini bukan teman yang baik karena tidak bisa menjaga perasaannya
sebagai teman. Dia memang pernah memberitahu saya kalau dia suka dan meminta
saya jangan memberitahu kepada siapapun, tapi padahal kan saya dengan orang itu
hanya berteman karena saya sekelas dan akrab. Setiap kali bertemu dan berpapasan, walaupun
sudah terjadi kontak mata tapi teman saya itu malah membuang muka dan pergi
seolah-olah tidak mau bertemu dengan saya. Rasanya diperlakukan seperti itu
sama teman yang udah deket banget itu kecewa, tersinggung, bingung sendiri aja..
rasanya ingin melakukan sesuatu yang bisa menunjukkan ke dia kalau saya juga
bisa bersikap menyebalkan seperti bagaimana dia memperlakukan saya. Tapi, saat
itu saya tidak langsung melakukan apa yang ada dipikiran saya, saya pikirkan
dulu kira-kira dampak apa yang akan terjadi kalau saya mengikuti emosi saya.
Pilihan saya seperti ini :
Pilihan 1 :
·
Temui dia di kelasnya, lalu
marah-marah seperti yang saya inginkan
·
Memarahinya langsung saat
berpapasan disekolah
·
Bongkar saja rahasianya ke
banyak orang supaya dia malu
·
Jutek, membuang muka, dan
membalas sama seperti yang dia lakukan kepada saya.
Pilihan 2 :
·
Cari momentum yang tepat untuk
mengajaknya bicara baik-baik dengan kepala dingin
·
Jangan mudah terpancing emosi
setiap kali bertemu dengan dia.
·
Memaafkan perbuatannya
sekaligus meminta maaf untuk saling menjaga perasaan.
Ditengah suasana hati yang sedang tidak karuan, saya
memikirkan dampaknya dari 2 Pilihan yang bertolak belakang tersebut. Saya bisa
saja melabrak dia, marah-marah, dan membongkar rahasianya, tapi saya takut
berdosa dan saya juga takut hubungan pertemanan kami jadi semakin kacau karena
perbuatan pembalasan saya, dan yang paling saya takutkan adalah saya takut
kehilangan teman yang aslinya baik dan akrab sekali seperti dia. Jika saya memilih
pilihan kedua, mungkin rasa kekesalan saya akan makin bertambah jika setiap
hari selalu diperlakukan seperti itu. Tapi dengan cara baik-baik seperti itu,
saya akan mengetahui apa alasan sebenarnya yang membuat dia bersikap seperti
ini, bagaimana perasaannya saat itu, dan saya juga bisa menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi pada teman saya itu agar tidak terjadi kesalah pahaman yang
makin parah dan hubungan pertemanan kita bisa membaik dan kembali akrab dan
normal seperti sebelumnya.
Setelah memikirkan dengan hati yang tenang, juga diberi
saran oleh ibu saya bagaimana seharusnya saya bersikap saat itu, Alhamdulillah
akhrinya saya memilih pilihan kedua :D dan ternyata setelah saya duduk di
bangku kuliah dan membaca di buku ini ternyata dari pengalaman saya tadi itu
berkaitan dengan sikap Proaktif dan Reaktif. Yap! Sikap saya saat itu bukan
sikap yang salah, itu salah satu contoh dari bersikap Proaktif. Entah bagaimana
jadinya kalau waktu itu saya mengikuti emosi dan amarah saya, mungkin hubungan
pertemanan kami tidak akan bertahan sampai saat ini hehe. Jadi….dari pengalaman
dan permasalahan yang sederhana saja pilihan Proaktif atau Reaktif sangatlah
penting karena akan berdampak besar pada kehidupan kita kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar